Minggu, 20 Maret 2011

Kisah Pemuda Terbelakang Mental



Judul Buku : Charlie si Dungu
Penulis : Daniel Keyes
Penerbit : Ufuk Press
Tahun terbit : 2006
ISBN : 979-333-02-0-1
Tebal : 457 halaman
Ukuran : 12 X 18 cm
            Novel ini merupakan terjemahan dari Flowers for Algernon. Bercerita tentang seorang pria dengan mental terbelakang, bernama Charlie Gordon. Charlie memiliki IQ sangat rendah yaitu hanya sekitar 68, yang diduga oleh para peneliti disebabkan oleh fenilketonuria. Fenilketonuria adalah kelainan genetik karena defisiensi enzim PAH (fenilalanin hidroksilase) sehingga terjadi penumpukan fenilketon yang menyebabkan gangguan perkembangan otak. Akibatnya terjadi retardasi mental dan kejang-kejang.
Kisah dimulai saat Charlie berusia 32 tahun. Ia tak diinginkan oleh ibunya. Charlie tinggal sendiri dan dipekerjakan sebagai tukang pembersih lantai dan pengantar paket kue di pabrik/toko kue Donners. Pabrik kue tersebut  milik Pak Donner, teman baik pamannya yang telah meninggal. Berkat Pak Donner Charlie tidak harus masuk ke Panti Warren, yaitu panti untuk orang-orang terbelakang. Teman-teman Charlie sering mempermainkan serta menertawakan kebodohannya, namun Charlie tidak menyadarinya dan justru merasa senang karena memiliki banyak teman.
Pada suatu hari Professor Nemur, Ketua Jurusan di Fakultas Psikologi Universitas Beekman dan Dokter Strauss, ahli bedah saraf dari Pusat Neuropsikiatri Universita Beekman telah melakukan penelitian terhadap tikus. Mereka mengajukan teori bahwa fenilketonuria yang terjadi pada Charlie menyebabkan kerusakan gen yang mengakibatkan terbentuknya enzim abnormal yang merusak otaknya. Mereka mengajukan hipotesis bahwa pemberian injeksi zat kimia yang akan berikatan dengan enzim abnormal tersebut akan merubah molekul enzim sehingga akan dihasilkan protein otak yang supernormal. Salah satu tikus percobaan, yang diberi nama Algernon, telah menunjukkan kemampuan paling besar dalam peningkatan kecerdasan. Charlie dijadikan subyek manusia pertama yang akan menjalani operasi serupa. Selama menjadi subyek penelitian, Charlie diminta menulis jurnal, sesuatu yang sulit baginya karena kemampuan baca-tulisnya yang primitif. Jurnal Charlie inilah yang menjadi isi buku. Buku ini diawal – awal cerita terdapat banyak kata – kata dengan penulisan yang salah, ini merupakan tulisan dari tokoh utama dalam novel ini.

Setelah diterapkan pada Charlie, secara menakjubkan tingkat kecerdasannya menjadi berubah drastis. Bahkan hampir menuju ke taraf kecerdasan yang boleh dibilang jenius. Charlie mampu berbicara dalam 20 bahasa. Setiap halaman buku yang dibacanya cukup dia lihat sebentar, dan seperti spons otaknya menyerap informasi. Tempat favoritnya adalah perpustakaan.
Namun, beberapa lama kemudian, sesuatu yang aneh terjadi pada Algernon. Tikus itu mulai menunjukkan perilaku emosional dan menunjukkan penurunan kecerdasan yang sangat drastis dan akhirnya mati. Tidak ada yang mampu menjelaskan hal ini. Lalu, bagaimana nasib si pemuda Charlie selanjutnya? Apakah dengan percobaan ini memiliki resiko tersembunyi yang mungkin bisa membuat Charlie menjadi hebat atau malah akan  membahayakan kepribadiannya di masa depan?
Naskah asli buku ini ditulis pada tahun 1959, dan memenangkan Hugo Award, penghargaan untuk karya terbaik bergenre sci-fi atau fantasy, pada tahun 1960 untuk Best Short Fiction (waktu itu masih pendek, buku ini adalah pengembangan dari naskah awal yang dimuat berseri di majalah The Magazine of Fantasy & Science Fiction tahun 1959). Bukunya sendiri mendapatkan Nebula Award, juga pernghargaan untuk fiksi sci-fi atau fantasi tapi oleh pemilih yang berbeda dari Hugo Award, pada tahun 1966 untuk Best Novel.
Novel ini sanggup menguras emosi pembacanya. Kita akan dibuat penasaran mengenai bagaimana akhir dari kisah tokoh utamanya. Namun karena novel ini merupakan jurnal perkembangan tokoh utama tanpa dilakukan pengeditan tulisan yang salah pengejaannya, sehingga terdapat beberapa kesulitan untuk memahami ejaan tersebut.
Novel ini dapat memberikan motivasi bagi orang-orang yang mengalami nasib serupa seperti Charlie, untuk tidak mudah putus asa dan mau untuk terus belajar meskipun memiliki kekurangan. Pelajaran lain yang didapat dari novel ini adalah sebagai manusia, kita harus dapat menerima segala kekurangan kita, apapun itu. Menjadi diri sendiri lebih baik daripada harus melawan takdir yang hasilnya belum tentu menyenangkan. Syukuri apa yang ada dan kita miliki.
Bagi anda penggemar buku fiksi, novel ini sangat bagus untuk dimiliki. Ceritanya yang mengharukan, mejadikan novel ini sebagai salah satu buku yang wajib untuk anda baca. :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar