Efek Rumah Kaca adalah grup musik indie yang berasal dari Jakarta. Terdiri dari Cholil Mahmud(vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass),Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar). Grup musik ini dibentuk pada tahun 2001. Setelah mengalami beberapa kali perubahan personil, akhirnya mereka memantapkan diri mereka dengan formasi band tiga orang. Sebelumnya, band ini bernama Hush. Nama ini kemudian diganti menjadi Superego, lalu berubah lagi pada tahun 2005 menjadi Efek Rumah Kaca- diambil dari salah satu judul lagu mereka.
Banyak yang menyebutkan bahwa warna musik Efek Rumah Kaca tergolong dalam post-rock, bahkan adapula yang menyebutkan shoegaze sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca dengan mantap menyebutkan bahwa warna musik mereka adalah pop, karena mereka merasa tidak menggunakan banyak distorsi dalam lagu-lagu mereka seperti selayaknya musik rock.
Mulai Januari 2009, mereka dipercaya untuk mengisi rubrik khusus seputar pemilu di surat kabar Kompas setiap hari Sabtu.
Banyak yang menyebutkan bahwa warna musik Efek Rumah Kaca tergolong dalam post-rock, bahkan adapula yang menyebutkan shoegaze sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca dengan mantap menyebutkan bahwa warna musik mereka adalah pop, karena mereka merasa tidak menggunakan banyak distorsi dalam lagu-lagu mereka seperti selayaknya musik rock.
Mulai Januari 2009, mereka dipercaya untuk mengisi rubrik khusus seputar pemilu di surat kabar Kompas setiap hari Sabtu.
Grup Band Pop (yang menurut saya Psychedelic) indie yang sangat jenius ini, Sering disebut-sebut sebagai "indie heroes" bahkan "penyelamat musik Indonesia". Band ini mengusung aliran yang tidak biasa, dan juga lirik yang tidak biasa. Sebut saja hit pertama album debutnya "cinta melulu" yang mengkritik keadaan dunia musik Indonesia yang mengobral lagu-lagu mendayu nan sendu. Band ini juga tidak memakai lirik-lirik sederhana. Mereka cenderung memakai bahasa Indonesia yang baku dalam liriknya yang disusun secara puitis. Alih-alih tidak ada yang mengerti lirik mereka, justru respon yang mereka terima cukup besar. Ya, sebuah band cerdas dengan lirik kritis tapi puitis, mengekspresikan hasrat terdalam penduduk Indonesia yang gerah akan banyaknya ketidak normalan yang terjadi di negara ini.
INFLUENCES
jon anderson, peter gabriel, the beatles, sting, smashing pumpkins, bjork, radiohead, jeff buckley, rufus wainwright, sufjan stevens, billie holiday, iwan fals, eros djarot, guruh sukarno putra, chrisye, sore, santamonica, zeke and the popo
jon anderson, peter gabriel, the beatles, sting, smashing pumpkins, bjork, radiohead, jeff buckley, rufus wainwright, sufjan stevens, billie holiday, iwan fals, eros djarot, guruh sukarno putra, chrisye, sore, santamonica, zeke and the popo
ALBUM-ALBUM DARI EFEK RUMAH KACA
Efek Rumah Kaca [2007/Paviliun records]
1. Jalang
2. Jatuh Cinta Itu Biasa Saja
3. Bukan Lawan Jenis [cocok buat maho2 GX )
4. Belanja Sampai Mati
5. Insomnia
6. Debu-debu Beterbangan
7. Di Udara
8. Efek Rumah Kaca
9. Melankolia
10. Cinta Melulu
11. Sebelah Mata
12. Desember
review :
Tema-tema social, politik, dan keseharian banyak mempengaruhi materi album perdana mereka. Lirik lagu dengan bahasa Indonesia yang puitis dan cerdas, sekali lagi merupakan kekuatan dari lagu-lagu ERK. Hampir semua lagu yang ada di album pertama mereka ini diciptakan oleh Cholil. Ada delapan lagu yang diciptakan olehnya, termasuk juga sebagian besar liriknya. Cholil ingin mengangkat tema dengan lirik yang tidak biasa dan dengan struktur bahasa Indonesia yang tidak biasa juga.Dengar saja lagu Jalang yang terinspirasi dari ketidaksetujuan mereka terhadap isu RUU APP. Lalu ada juga “Belanja Sampai Mati yang memotret pola hidup konsumerisme di kalangan masyarakat, tak terkecuali mereka. Tak hanya tema-tema social, mereka juga menciptakan lagu bertema cinta. Tapi lagu cinta yang mereka ciptakan tidak seperti lagu-lagu cinta yang kebanyakan beredar dipasaran. Lagu Jatuh Cinta Itu Biasa Saja salah satunya. Lagu cinta ini terinspirasi dari kejenuhan akan lagu-lagu cinta yang menggunakan kalimat-kalimat metafora yang berlebihan. Mereka menggambarkan bahwa jatuh cinta itu adalah proses yang biasa-biasa saja.
Selain itu ada juga lagu yang berjudul Cinta Melulu, yang menyindir trend lagu band-band Indonesia sekarang yang tidak pernah keluar dari tema cinta dan sakit hati yang selalu mendayu-dayu. Yeeah, mungkin karena kita kuping melayu, jadi suka yang sendu-sendu Kemudian ada juga lagu Sebelah Mata yang merupakan buah karya Adrian (bass), bercerita tentang pengalaman pribadi Adrian saat mengalami penurunan penglihatan pada sebelah matanya. Ada juga lagu Desember yang didorong oleh keinginan membuat lagu balada dan bercerita tentang kesetiaan dan kesabaran akan segala sesuatu yang kita jalani.
1. Jalang
2. Jatuh Cinta Itu Biasa Saja
3. Bukan Lawan Jenis [cocok buat maho2 GX )
4. Belanja Sampai Mati
5. Insomnia
6. Debu-debu Beterbangan
7. Di Udara
8. Efek Rumah Kaca
9. Melankolia
10. Cinta Melulu
11. Sebelah Mata
12. Desember
review :
Tema-tema social, politik, dan keseharian banyak mempengaruhi materi album perdana mereka. Lirik lagu dengan bahasa Indonesia yang puitis dan cerdas, sekali lagi merupakan kekuatan dari lagu-lagu ERK. Hampir semua lagu yang ada di album pertama mereka ini diciptakan oleh Cholil. Ada delapan lagu yang diciptakan olehnya, termasuk juga sebagian besar liriknya. Cholil ingin mengangkat tema dengan lirik yang tidak biasa dan dengan struktur bahasa Indonesia yang tidak biasa juga.Dengar saja lagu Jalang yang terinspirasi dari ketidaksetujuan mereka terhadap isu RUU APP. Lalu ada juga “Belanja Sampai Mati yang memotret pola hidup konsumerisme di kalangan masyarakat, tak terkecuali mereka. Tak hanya tema-tema social, mereka juga menciptakan lagu bertema cinta. Tapi lagu cinta yang mereka ciptakan tidak seperti lagu-lagu cinta yang kebanyakan beredar dipasaran. Lagu Jatuh Cinta Itu Biasa Saja salah satunya. Lagu cinta ini terinspirasi dari kejenuhan akan lagu-lagu cinta yang menggunakan kalimat-kalimat metafora yang berlebihan. Mereka menggambarkan bahwa jatuh cinta itu adalah proses yang biasa-biasa saja.
Selain itu ada juga lagu yang berjudul Cinta Melulu, yang menyindir trend lagu band-band Indonesia sekarang yang tidak pernah keluar dari tema cinta dan sakit hati yang selalu mendayu-dayu. Yeeah, mungkin karena kita kuping melayu, jadi suka yang sendu-sendu Kemudian ada juga lagu Sebelah Mata yang merupakan buah karya Adrian (bass), bercerita tentang pengalaman pribadi Adrian saat mengalami penurunan penglihatan pada sebelah matanya. Ada juga lagu Desember yang didorong oleh keinginan membuat lagu balada dan bercerita tentang kesetiaan dan kesabaran akan segala sesuatu yang kita jalani.
Kamar Gelap [2008/ Aksara Records]
1. Tubuhmu Membiru... Tragis!
2. Kau dan aku menuju ruang hampa
3. Mosi Tidak Percaya
4. Lagu kesepian
5. Hujan jangan marah
6. Kenakalan remaja di era informatika
7. Menjadi Indonesia
8. Kamar gelap
9. Jangan bakar buku
10. Banyak asap di sana
11. Lelaki Pemalu
12. Balerina
Review :
Tubuhmu Membiru Tragis menebarkan kebahayaan album ini dengan menyelinap ke otak kita, seperti obat bius paling legal yang pernah kita nikmati. Dengan irama jazzy yang mengawalinya, suara gitar Cholil yang monoton tapi tidak dapat ditolak kenikmatannya membuat lagu ini menciptakan sebuah atmosfir yang misterius, galau tapi menenangkan sekaligus. Di lagu kedua Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa bagian akhir lagu ini adalah sebuah klimaks dengan Cholil yang menduplikasikan dirinya sendiri dalam vokal, distorsi gitar dan lantunan teriakan di latar belakang, sementara itu Akbar menghajar drumnya seperti esok adalah hari di mana apokalips akan datang. Distorsi? ya, ini lagu berunsur Rock.
Mosi Tidak Percaya diawali dengan sebuah riff gitar dan bas seperti sebuah lagu rock yang akan menjadi bahan pembicaraan abadi, belum lagi suara tepukan tangan dan vokal Cholil yang mendekati kesempurnaan dalam lagu itu. Suaranya di situ adalah suara kepenatan akan janji yang tidak pernah dipenuhi, sebuah teriakan rakyat yang tak mau lagi dikelabui oleh janji-janji palsu Kamu ciderai janji, luka belum terobati, kami tak mau dibeli, kami tidak bisa dibeli, janjimu pelan-pelan akan menelanmu. Bila Di Udara adalah sebuah anthem melawan kefrustasian penegakan HAM yang tidak becus ditangani, Mosi Tidak Dipercaya adalah lagu yang ingin menusuk mereka yang menjadi pusat ketidakbecusan itu. Lagu itu diakhiri dengan teriakan Oiii Oii Oiiii seperti teriakan ultimatum menuntut keadilan, teriakan menuntut kejujuran, teriakan menuntut perubahan. Dan di atas teriakan putus asa tersebut, Cholil bernyanyi Ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya. Ini mosi tidak percaya, kami tidak mau lagi diperdaya. Nyanyian itu memberikan harapan, bahwa semuanya masih akan berubah, dan kita akan kembali lagi percaya. Untuk itu, Efek Rumah Kaca akan menjadi abadi.
Lagu Kesepian dan Hujan Jangan Marah adalah antitesis dari lagu balada tipikal negara ini. Keduanya menyampaikan maksudnya, tanpa harus bermain dengan kebancian lagu balada yang dengan khas mengumbar rangkaian kata-kata manis sampai menghilangkan maknanya sendiri. Kedua lagu itu disusul dengan Kenakalan Remaja Di Era Informatika yang mungkin lagu paling pop di album ini. Lagu ini menyinggung mereka yang selalu membiarkan birahi menjadi juara dalam kehidupan. Di situ dengan lugas Cholil bernyanyi Apakah kita tersesat arah? Mengapa kita tak bisa dewasa?. Kita lupa, masih banyak yang harus ditindaklanjuti di negara ini, dari hanya mengurusi kenakalan remaja tersebut. Sekali lagi, Efek Rumah Kaca berhasil menyentil kenaifan kita menghadapi diri kita sendiri dalam mengatur diri.
Dengan suara vokal jernih dan terkesan agung, Cholil membuka “Menjadi Indonesia. Ia mengajak kita untuk “Lekas bangun tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu masih ada cara menjadi besar menjelma dan menjadi Indonesia. Mereka tidak menjargonkan arti nasionalis dengan berlebihan, tapi dengan cerdas dan masuk akal. Ini adalah lagu Efek Rumah Kaca, tentang sebuah impian akan Indonesia yang akan dikagumi kembali, dan tentang masing-masing dari kita yang akan kembali bangga akan hal tersebut.
Melalui caranya sendiri Efek Rumah Kaca mengungkapkan rintihan mereka akan sesuatu yang tidak pada semestinya, seperti titel track album ini Kamar Gelap yang dapat diinterpretasikan sebagai kerinduan agar semua masa lalu bangsa ini direkam dan diungkap, tidak dijadikan sebuah buku pelajaran sejarah saja tapi lebih dari sebuah riwayat bangsa di mana itu semua adalah hal yang kekal melekat dalam diri kita, yang harus diingat dan dipelajari dari itu. Lalu dalam Jangan Bakar Buku diselingi oleh sebuah tembok suara distorsi yang tiada habisnya memasuki akhir lagu tersebut, Cholil menyanyi dengan kekuatiran yang tenang tentang kebiadaban pembakaran buku yang pernah dilakukan oleh pemerintah masa lampau Kata-kata demi kata mengantarkan fantasi, habis sudah, habis sudah. Bait demi bait pemicu anestesi, hangus sudah, hangus sudah.
Campuran gitar jingle-jangle sederhana namun efektif yang pelan-pelan bisa menjadi ciri khas musik Efek Rumah Kaca dicampur dengan ritem gitar terpatah-patah, terbalut dengan tema harapan semu untuk kehidupan lebih baik di kota besar/ibu kota adalah tema dari Banyak Asap Di Sana. Setelah diselingi dengan irama musik sirkus di Laki-Laki Pemalu album mengagumkan ini ditutup dengan Balerin. Dalam lagu terakhir ini, Efek Rumah Kaca kembali menampilkan nada-nada riang, terkilas seperti sebuah lagu yang terhilang dari The Smiths, namun dengan Cholil sebagai vokalis tamu, karena Morrissey tidak peduli akan apapun yang berhubungan dengan band lamanya itu. Terlalu mengiritasikan untuk diabaikan, lagu terakhir ini sangat membius kita untuk menjadi bahagia, mencari keseimbangan mengisi ketiadaan seperti yang dilanturkan oleh Cholil sendiri di lagu itu.
1. Tubuhmu Membiru... Tragis!
2. Kau dan aku menuju ruang hampa
3. Mosi Tidak Percaya
4. Lagu kesepian
5. Hujan jangan marah
6. Kenakalan remaja di era informatika
7. Menjadi Indonesia
8. Kamar gelap
9. Jangan bakar buku
10. Banyak asap di sana
11. Lelaki Pemalu
12. Balerina
Review :
Tubuhmu Membiru Tragis menebarkan kebahayaan album ini dengan menyelinap ke otak kita, seperti obat bius paling legal yang pernah kita nikmati. Dengan irama jazzy yang mengawalinya, suara gitar Cholil yang monoton tapi tidak dapat ditolak kenikmatannya membuat lagu ini menciptakan sebuah atmosfir yang misterius, galau tapi menenangkan sekaligus. Di lagu kedua Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa bagian akhir lagu ini adalah sebuah klimaks dengan Cholil yang menduplikasikan dirinya sendiri dalam vokal, distorsi gitar dan lantunan teriakan di latar belakang, sementara itu Akbar menghajar drumnya seperti esok adalah hari di mana apokalips akan datang. Distorsi? ya, ini lagu berunsur Rock.
Mosi Tidak Percaya diawali dengan sebuah riff gitar dan bas seperti sebuah lagu rock yang akan menjadi bahan pembicaraan abadi, belum lagi suara tepukan tangan dan vokal Cholil yang mendekati kesempurnaan dalam lagu itu. Suaranya di situ adalah suara kepenatan akan janji yang tidak pernah dipenuhi, sebuah teriakan rakyat yang tak mau lagi dikelabui oleh janji-janji palsu Kamu ciderai janji, luka belum terobati, kami tak mau dibeli, kami tidak bisa dibeli, janjimu pelan-pelan akan menelanmu. Bila Di Udara adalah sebuah anthem melawan kefrustasian penegakan HAM yang tidak becus ditangani, Mosi Tidak Dipercaya adalah lagu yang ingin menusuk mereka yang menjadi pusat ketidakbecusan itu. Lagu itu diakhiri dengan teriakan Oiii Oii Oiiii seperti teriakan ultimatum menuntut keadilan, teriakan menuntut kejujuran, teriakan menuntut perubahan. Dan di atas teriakan putus asa tersebut, Cholil bernyanyi Ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya. Ini mosi tidak percaya, kami tidak mau lagi diperdaya. Nyanyian itu memberikan harapan, bahwa semuanya masih akan berubah, dan kita akan kembali lagi percaya. Untuk itu, Efek Rumah Kaca akan menjadi abadi.
Lagu Kesepian dan Hujan Jangan Marah adalah antitesis dari lagu balada tipikal negara ini. Keduanya menyampaikan maksudnya, tanpa harus bermain dengan kebancian lagu balada yang dengan khas mengumbar rangkaian kata-kata manis sampai menghilangkan maknanya sendiri. Kedua lagu itu disusul dengan Kenakalan Remaja Di Era Informatika yang mungkin lagu paling pop di album ini. Lagu ini menyinggung mereka yang selalu membiarkan birahi menjadi juara dalam kehidupan. Di situ dengan lugas Cholil bernyanyi Apakah kita tersesat arah? Mengapa kita tak bisa dewasa?. Kita lupa, masih banyak yang harus ditindaklanjuti di negara ini, dari hanya mengurusi kenakalan remaja tersebut. Sekali lagi, Efek Rumah Kaca berhasil menyentil kenaifan kita menghadapi diri kita sendiri dalam mengatur diri.
Dengan suara vokal jernih dan terkesan agung, Cholil membuka “Menjadi Indonesia. Ia mengajak kita untuk “Lekas bangun tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu masih ada cara menjadi besar menjelma dan menjadi Indonesia. Mereka tidak menjargonkan arti nasionalis dengan berlebihan, tapi dengan cerdas dan masuk akal. Ini adalah lagu Efek Rumah Kaca, tentang sebuah impian akan Indonesia yang akan dikagumi kembali, dan tentang masing-masing dari kita yang akan kembali bangga akan hal tersebut.
Melalui caranya sendiri Efek Rumah Kaca mengungkapkan rintihan mereka akan sesuatu yang tidak pada semestinya, seperti titel track album ini Kamar Gelap yang dapat diinterpretasikan sebagai kerinduan agar semua masa lalu bangsa ini direkam dan diungkap, tidak dijadikan sebuah buku pelajaran sejarah saja tapi lebih dari sebuah riwayat bangsa di mana itu semua adalah hal yang kekal melekat dalam diri kita, yang harus diingat dan dipelajari dari itu. Lalu dalam Jangan Bakar Buku diselingi oleh sebuah tembok suara distorsi yang tiada habisnya memasuki akhir lagu tersebut, Cholil menyanyi dengan kekuatiran yang tenang tentang kebiadaban pembakaran buku yang pernah dilakukan oleh pemerintah masa lampau Kata-kata demi kata mengantarkan fantasi, habis sudah, habis sudah. Bait demi bait pemicu anestesi, hangus sudah, hangus sudah.
Campuran gitar jingle-jangle sederhana namun efektif yang pelan-pelan bisa menjadi ciri khas musik Efek Rumah Kaca dicampur dengan ritem gitar terpatah-patah, terbalut dengan tema harapan semu untuk kehidupan lebih baik di kota besar/ibu kota adalah tema dari Banyak Asap Di Sana. Setelah diselingi dengan irama musik sirkus di Laki-Laki Pemalu album mengagumkan ini ditutup dengan Balerin. Dalam lagu terakhir ini, Efek Rumah Kaca kembali menampilkan nada-nada riang, terkilas seperti sebuah lagu yang terhilang dari The Smiths, namun dengan Cholil sebagai vokalis tamu, karena Morrissey tidak peduli akan apapun yang berhubungan dengan band lamanya itu. Terlalu mengiritasikan untuk diabaikan, lagu terakhir ini sangat membius kita untuk menjadi bahagia, mencari keseimbangan mengisi ketiadaan seperti yang dilanturkan oleh Cholil sendiri di lagu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar